Rabu, 24 Januari 2007

Bergadang lagi..

udah lama nggak bergadang.

Sejak kehilangan status sebagai mahasiswa?
Mmm...neaaah, not really...
Sejak jatuh sakit? Yeah, rasanya itu lebih tepat.

Jujur, saya kangen kegiatan itu.
Bekerja di depan komputer hingga larut, hanya ditemani secangkir kopi instan, gerakan konsisten dari para penunjuk waktudan alunan musik para jangkrik di rerumputan...

Mungkin sudah ada ribuan artikel dan jutaan nasehat tentang tidak-baiknya-bergadang, yang pastinya belum sampai sepuluh artikel diantaranya yang udah gue baca,dan entah ada atau tidak, satuuu, saja, dari jutaan nasehat itu yang sempat nempel di kepala ini.

Jadi. Walau artikel tentang keburukan bergadang telah menumpuk di sekeliling saya,walau orang-orang terkasih sudah menasehati saya untuk tidak bergadang hingga mulut mereka berbusa, tetap saja pada akhirnya saya nggak akan pernah benar-benar menghentikan kebiasaan bergadang... jikalau saja saya nggak jatuh sakit kemarin itu.
Emang betul kata orang tua: pengalaman adalah guru yang terbaik.

Tapi saya tetap kangen bergadang.

Aku kangen...terjaga sendiri di antara sepinya malam, saat jutaan jiwa lain tengah merengguk kebebasan mereka di alam mimpi.
Rasanya seperti diberi kesempatan untuk mewujudkan secuil hasrat terpendam itu, sesaat, saja, menikmati dunia sendiri..seolah dunia ini diciptakan hanya untukku.
Aku bisa terbang dengan imajinasi seliar apapun, tak ada siapapun, atau apapun, yang menjadi alasan mengapa aku harus menjaga kakiku tetap menjejak tanah.

Nah, mungkin karena itulah saya merasa bisa bekerja lebih baik di malam hari.
Tak ada yang menjadi perhatian selain diri saya sendiri dan apapun itu yang sedang saya kerjakan.

Maka, saat muncul keinginan untuk mencicipi lagi seteguk kenikmatan bergadang itu..
Berbekal pengalaman jatuh sakit kemarin yang diikuti dengan segenap pengetahuan dan kesadaranuntuk bergaya hidup sehat, saya memutuskan untuk melakukannya dengan hati-hati.

Bagaimana caranya?
Pertama-tama yang mutlak harus diketahui, dipahami dan diresapi adalah bahwa bergadang itu dosa. Dosa besar kalau boleh saya bilang, dalam hal kesehatan yang beradab.

Oleh karena itu...

Satu.
Layaknya dosa, usahakan untuk mencegahnya. Jadi kalau dalam kasus saya (baca : kepepet napsu), ya diminimasi. Jangan sering-sering bikin dosa ini. Sekali seminggu udah pol banget dah.

Dua. Adalah sangat tidak bijaksana, menggabung-gabungkan atau menumpuk dosa. Lebih baik mengimbanginya dengan amal kebaikan. Kalau diterapkan pada masalah bergadang ini: saya mengimbangi dosa bergadang yang saya lakukan dengan amal tidur yang baik dan benar di hari sebelum dan sesudahnya. Bergadang juga sangat mungkin ditunggangi dosa yang lain. Misalnya, mengkonsumsi berbagai jenis asupan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Lebih baik mengurangi bercangkir-cangkir kopi itu dan menggantinya dengan bergelas-gelas air putih, teh hijau, atau jus buah.

Tiga. Walau kedengarannya konyol, tapi mengakui dosa itu ternyata penting. Terutama terhadap orang-orang yang terdekat dengan kita. Dengan tahu apa yang akan kita lakukan, mereka bisa menjaga kita agar 'still on the track'.

Nah. Sudah, cukup itu saja.
Strategi sudah disusun, sekarang saya siap nyobain bikin dosa lagi.
Kawan, bantu saya ya. Bantu jaga diri, eh jaga dosa ini, maksudnya.

Kini aku kembali sendiri hidup di tengah keheningan, di antara irama napas orang-orang terkasih yang sedang 'mati'. Kembali aku duduk di bawah benderang lampu di satu langit-langit sementara langit yang lain sedang mengenakan jubah kegelapannya. Ah, nikmatnya...