Sang
murid tercengang. Kalau yang mengatakannya itu bukan profesor, ia takkan heran.
Bagaimana mungkin gurunya yang jauh lebih berilmu itu tak memahami
kata-katanya?
Sang
guru berkata lagi, “Jika tak bisa menyampaikan konsep yang rumit itu secara
sederhana, aku tidak bisa meluluskanmu,”
Sang murid
sedih dan kecewa. Ia yakin telah memahami dan menguasai segala materi yang
dibutuhkan untuk layak lulus ujian itu dan tak mengerti alasan sang guru tak
merestuinya.
Suatu
hari, tak sengaja sang mahasiswa melihat gurunya dikelilingi banyak anak kecil
usia sekolah dasar. Beliau tampak sedang asyik bercerita dan anak-anak itu
antusias memperhatikan. Tertarik, sang murid datang mendekat.
Teryata,
gurunya yang bergelar profesor itu bukan sedang sekedar mendongeng. Sebenarnya
ia sedang mengajarkan konsep FISIKA KUANTUM pada anak-anak kecil itu! Namun sangat
mungkin, anak-anak itu bahkan sama sekali tak sadar bahwa mereka sedang
belajar.
Beberapa
saat kemudian, sang profesor menyadari keberadaan mahasiswanya. Ia berpaling
padanya dan berkata, “Mau melanjutkan ceritaku untuk mereka? Bisa sekaligus
menjadi ujian perbaikanmu. Anak-anak ini jurinya. Jika mereka mengerti, maka
kau lulus.”
Anak
SD menjadi jurinya? Saat itulah sang mahasiswa sadar. Tak peduli serumit
apapun, setiap konsep atau pemikiran harus disampaikan sesederhana mungkin.
Itulah level penguasaan tertinggi atas suatu ilmu.
Cerita di atas saya
peroleh dari salah seorang dosen saya dulu. Ini hanya satu dari beberapa cerita
yang ia gunakan untuk mengajarkan saya dan beberapa teman saya satu konsep
penting sebelum kami memperoleh gelar sarjana.
Dulu sekali, saya
mengira orang-orang yang cerdas itu tak terjangkau. Dengan perkembangan akal
budi yang sempurna, pastilah buah pikir mereka adalah sesuatu yang sangat rumit,
bernilai tinggi, sulit dipahami orang lain yang tak secerdas mereka. Cara
berpikir ini perlahan berubah, salah satunya karena apa yang diajarkan dosen
saya saat berbagi cerita di atas.
Cerita lain yang
disampaikan dosen saya adalah tentang para penemu dan penemuan-penemuannya.
Serumit apapun proses penemuan atau penciptaan suatu benda, ketika tiba saatnya
mengumumkan penemuan itu, harus ada penjelasan sederhana agar benda itu dapat
diterima dan bermanfaat bagi banyak orang. Jika gagal dalam memberikan penjelasan
sederhana, temuan sebagus apapun dapat menjadi tak berguna.
Berbagi kerumitan
itu ibarat menyajikan makanan mentah yang tak diolah. Bukankah menyakikan
makanan mentah jelas jauh lebih mudah dan cepat ketimbang memasak? Karena itu,
jangan meremehkan satu penyampaian yang sederhana. Kita tak pernah tahu seperti
apa kerumitan di balik itu. Berbagi kerumitan itu mudah. Namun membaginya secara
sederhana adalah keterampilan yang sebenarnya.
Oya. Jangan salah. Berbagi
kerumitan memang tidak pernah dilarang. Tapi mungkin akan lebih bijaksana jika
tak menujukannya pada banyak orang. Cukup pilih satu belahan jiwa atau beberapa
orang terdekat untuk diijinkan melihat ‘kemalasan’ kita, yang harus cukup sabar
untuk menghadapi kerumitan itu dan menyederhanakannya bersama-sama :D
Setelah hidup
dengan segala kerumitannya, saatnya berbagi secara sederhana. Semoga kita dapat
memperluas ladang amal kita dan Tuhan meridhoi.
Selamat berbagi!
-
H e i D Y -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar