Beberapa teman pernah bertanya tentang asal muasal Bahasa Indonesia dan hubungannya dengan bahasa-bahasa yang lebih tua dan dipercaya berpengaruh besar terhadap kosakata bahasa nasional ini, seperti Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Belanda, Bahasa Portugal, dan sebagainya. Saya jawab berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh, sesungguhnya bahasa kita ini dulunya pijin dan setelah itu berkembang menjadi kreol. Apa pula itu pijin dan kreol? Baik, saya ceritakan di bawah ini, ya.
Pada awalnya, pakar-pakar linguistik sempat beranggapan bahwa pijin
dan kreol adalah bahasa yang menyimpang dari standar (Bloomfield dalam Holm,
2000, hlm. 1). Kini, para linguis telah menyadari bahwa pijin dan kreol bukan versi
rusak atau versi kacau sebuah bahasa, melainkan merupakan jenis bahasa baru.
Kosakata dalam pijin maupun kreol berasal dari bahasa-bahasa yang lebih tua.
Namun jika sistem linguistik keduanya diteliti, akan sangat jelas bahwa baik
sistem bahasa pijin maupun kreol sangat berbeda dari bahasa yang menjadi sumber
kosakatanya.
Suhardi (2005, hlm. 62) menyebutkan bahwa pijin merupakan ragam bahasa
yang tidak memiliki penutur asli. Hal ini disebabkan karena pijin muncul di
tengah-tengah dua masyarakat dengan bahasa yang sangat berbeda. Untuk kepentingan
komunikasi, alih-alih menggunakan menggunakan bahasa ketiga sebagai perantara,
mereka menggabungkan kedua bahasa mereka itu. Bahasa gabungan mereka itulah
yang disebut sebagai pijin. Salah satu hal yang dapat menyebabkan kemunculan
pijin adalah reaksi atau respons masyarakat terhadap situasi sosial politik
yang berubah di daerah mereka.
Biasanya pijin ditemukan di negara-negara dunia ketiga
yang merupakan bekas daerah jajahan atau koloni. Karena itulah, kebanyakan
pijin dipengaruhi oleh bahasa-bahasa bangsa Eropa seperti Inggris dan Portugis
yang pernah menjajah negara lain. Dalam Holm (2000, hlm. 5) pun dijelaskan bahwa biasanya pihak yang
dengan kekuasaan yang lebih lemah dalam masyarakat yang memunculkan pijin
menggunakan kata-kata dari bahasa pihak yang lebih berkuasa. Namun, makna,
bentuk, dan penggunaan kata-kata dipengaruhi oleh bahasa pihak yang
mengakomodasi kata-kata tersebut (yang kekuasaannya lebih lemah).
Setelah satu
generasi menggunakan pijin tertentu sebagai bahasa perantara kemudian anak-anak
mereka mulai menggunakannya sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu, pijin
tersebut telah berubah menjadi kreol (Suhardi, 2005, hlm. 63). Karena itulah, kreol sering diartikan
sebagai pijin yang memiliki penutur asli. Hal ini sejalan dengan definisi kreol
(creole) yang dipaparkan oleh Kridalaksana (2011, hlm. 137), yaitu pijin yang
dalam perkembangannya menjadi bahasa ibu dari suatu masyarakat bahasa.
Menurut Holm
(2000, hlm. 6), biasanya leluhur dalam suatu masyarakat yang menggunakan kreol
mengalami perpindahan secara geografis sehingga hubungan dengan bahasa asli dan
identitas sosiokultural mereka rusak. Kondisi sosial seperti ini seringkali
merupakan akibat dari perbudakan. Salah satu contohnya adalah apa yang terjadi
pada bangsa Afrika dari beragam kelompok etnolinguistik yang dibawa oleh bangsa
Eropa ke koloni-koloni di New World untuk bekerjasama sebagai budak di
perkebunan-perkebunan.
Generasi pertama budak dari Afrika itu menciptakan pijin
karena mereka tidak memiliki bahasa yang sama dan akses mereka untuk
mempelajari bahasa Eropa sangat terbatas. Karena pijin tersebut pada dasarnya
merupakan bahasa asing bagi mereka sendiri, kemahiran mereka menggunakan bahasa
tersebut masih kalah dibandingkan bahasa asli mereka. Alternatif sintaksis dan
kosakata yang mereka miliki pun lebih terbatas. Selain itu, karena bahasa ibu
mereka berbeda-beda, maka diperkirakan terjadi variasi bahasa besar-besaran
dalam masa ini.
Generasi berikutnya yang lahir di New World kemudian
lebih terpapar pada pijin yang diciptakan orangtua mereka dan menganggap bahasa
tersebut lebih bermanfaat ketimbang bahasa asli orangtua mereka dulu. Meskipun
mereka memperoleh bahasa yang sangat bervariasi, kacau, dan tidak mendapat
input linguistik yang lengkap, mereka tetap dapat mengaturnya sedemikian rupa
menjadi kreol yang merupakan bahasa asli mereka. Kemampuan ini memang merupakan
karakteristik bawaan setiap manusia. Masya Allah.
Terdapat lebih dari seratus kreol di dunia. Salah satu
contohnya adalah Papiamentu di Aruba, Venezuela Selatan, Curacao, dan Bonaire –
Kepulauan Leeward di Netherlands Antilles. Kreol ini dipengaruhi oleh tiga
bahasa: Portugis, Inggris, dan Spanyol. Contoh kreol lainnya adalah Kreol Haiti
di Karibia, bagian barat pulau Hispaniola. Kreol ini dipengaruhi oleh bahasa
Prancis, Afrika, dan Inggris. Jumlah penuturnya mencapai enam juta jiwa
dan dapat ditemukan di seluruh Karibia dan komunitas di Amerika Utara (Suhardi,
2005, hlm. 63).
Referensi
Holm, John. (2000). An Introduction to Pidgins and Creoles. Cambridge: Cambridge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. (2011). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Suhardi, B. Dan B. Cornelius Sembiring. (2005). Aspek Sosial Bahasa. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Holm, John. (2000). An Introduction to Pidgins and Creoles. Cambridge: Cambridge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. (2011). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Suhardi, B. Dan B. Cornelius Sembiring. (2005). Aspek Sosial Bahasa. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar