Rabu, 30 Maret 2005

Mencatat Sebuah Rasa

Hari ini, sekitar Magrib, saya menangis (lagi p). Dan sampai sekarang, jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, saya belum tau pastinya kenapa saya tadi saya menangis. Yang saya tau hanyalah bahwa saya meRASA ingin menangis.

Menit-menit sebelum menangis itu, saya lebih banyak diam. Saya meRASA gelisah. Saya meRASA tidak ingin tersenyum. Saya meRASA tidak ingin pulang ke rumah, padahal saat itu saya sudah dalam arah perjalanan pulang, walaupun belum keluar dari kampus. Tiba-tiba kaki saya melangkah ke arah yang berlawanan dan saya meRASA ingin mampir ke tempat yang sudah lama tidak saya kunjungi.

Saat sampai di tempat tersebut, saya melihat seorang sahabat lama saya. Saya PIKIR saya sedang jenuh dan ingin suasana baru. Jadi saya PIKIR saya perlu tersenyum karena sudah mendapatkan yang saya inginkan (tiba di tempat yg sudah lama tdk saya kunjungi dan bertemu dengan teman lama itu). Saya tersenyum, dan pada saat yang sama saya meRASA sakit tertusuk di dada. Saya PIKIR saya seharusnya senang karena sedang bersama teman lama, jadi saya mengabaikan RASA sakit itu dan tertawa lebar. RASA sakit tertusuk sudah hilang, tapi digantikan dengan RASA sakit terhantam. Lalu saya meRASA sesak napas. Saya meRASA tenggorokan juga ikut sakit. Lalu napas teRASA semakin sesak. BENAR-BENAR SESAK. Dada semakin sakit.

Lalu saya melihat seorang teman lainnya, sedang berjalan tak jauh dari tempat saya duduk. Saya berteriak memanggilnya. Saya buru-buru berdiri dan berjalan menghampirinya. Saat melihat matanya, tiba-tiba saya berkata, “I need a hug,”. Teman saya itu mengabulkan permintaan saya, dan kami pun berpelukan.

Selesai berpelukan, saya meRASA tau pasti apa yang sedang betul-betul sangat saya inginkan saat itu. MAU APA? SAYA MAU MENANGIS!!

Lalu saya pun menangis. Sekitar dua menit lamanya (saat menangis saya menunduk dan pura-pura sibuk membetulkan jam tangan, agar tidak menarik perhatian orang-orang lain di sekitar saya).

Selesai menangis, saya mengobrol dengan teman saya itu. Waktu dia menanyakan alasan saya menangis, saya meRASA bingung. Saya tidak tahu alasan saya menangis.

Lalu saya TERTAWA. Sakit di dada hilang tak berbekas, dan nafas panjang bebas terhirup.

Sekarang sudah tengah malam.
Kenapa magrib tadi saya menangis?
Saya tidak tahu.


BukanSuatuPemikiran,HanyaInginMengenangSebuahRasa
- h e i D Y -

3 komentar:

Anonim mengatakan...

RASA?
MENANGIS?

itu masih asing dan abstrak buat saya...
masih asing... masih mencari...

walau karena seorang teman, dalam waktu kurang dari 2 tahun ini saya difasilitasi untuk menangis olehnya... 2 kali!!! yup hanya 2 kali.
namun memang puas... lega... ada sebuah pelepasan energi hitam dalam hati ini... merasa seperti bau dan suasana alam setelah turun hujan... syegarrr...

RASA? ugh... saya masih perlu banyak meRASA dan mulai berhenti berPIKIR...

pertanyaan yang selalu saya ulang,
"yang saya lakukan ini RASA atau PIKIR?"...
yang saya tahu, pertanyaan diatas adalah aktifitas PIKIR... namun yang saya lakukan td RASA bukan ya?

akh... jadi butuh dan ingin pelukan juga...
wahai teman... masih adakan pelukan untuk saya???

Heidy Kaeni mengatakan...

Selalu ada pelukan untukmu, sayang.

Sebuah pertanyaan kadang tidak benar-benar perlu untuk dijawab
Lakukan saja apa yg INGIN kau lakukan

jalan saat ingin jalan

dan lari saat ingin lari

dan diam saat ingin diam

dan tidur saat ingin tidur

lalu dengan sendirinya kau akan tau, apa yang sedang kau lakukan

Rasa atau pikir, tak perlu selalu dipertanyakan

Lakukan saja apa yg INGIN kau lakukan

Dan menangislah jika ingin menangis

Anonim mengatakan...

Interesting site. Useful information. Bookmarked.
»