Jumat, 22 Desember 2006

MAMA

Apa kamu mengenal mamaku?
Bagi yang belum, mari kuperkenalkan.
Bagi yang sudah, hm...tidak apa ya, kuperkenalkan kembali.

Mama adalah contoh terdekat atas sosok seorang penuntut kesempurnaan. Seluruh panca inderanya adalah yang terbaik dalam mengenali segala bentuk kekurangan atau ketidakberesan. Buatku, sehari bersama Mama berarti melatih kesehatan jantung.

Dan apresiasi dari Mama adalah salah satu yang termahal di dunia ini. Apalagi terhadap masalah kebersihan dan masalah penampilan. Jika berhasil memenangkannya, rasanya aku setara dengan peraih emas olimpiade.

Oya.
Mama adalah satu-satunya yang bisa membuatku terlonjak sigap dari tidurku yang paling lelap sekali pun (yang bahkan ledakan bom pun tak mempan untuk membangunkanku). Sungguh luar biasa. Mungkin inilah keajaiban dunia ke-8.

Mama juga contoh terdekat seorang wanita dengan perasaan sehalus ...(Benda apa sih yang paling halus di dunia ini? Yah, itulah.) dan serapuh... (Terus benda apa yg paling rapuh di dunia ini? Yah, pokoknya itu.). Menjaga kualitas tutur kata dan perilaku adalah satu hal penting yang tak boleh terabaikan demi terjaganya perasaan Mama. Dan betapa menyakitkan juga bagiku, saat tersadar diriku telah menyakiti perasaan Mama. Dan yang sungguh menyedihkan, entah bagaimana hal itu sangat sering terjadi.

Nah, sejauh ini dari ceritaku, bagaimana kesanmu terhadap mamaku?
Seorang yang perfeksionis, ditakuti dan sering membuatku tegang?

Hm. Yeah. Tidak salah sih.
Tapi....itu baru sebagian dari dirinya.
Sementara, masih banyak bagian lain yang belum kuceritakan.
Kulanjutkan, ya.

Baru-baru ini, aku sering mendengar Mama menyebut dirinya sendiri ‘ibu durhaka’. Terutama sering kudengar di tengah masa ku jatuh sakit kemarin.
Kudengar penyesalan Mama atas ketidakhadiran dirinya di sampingku pada hari-hari awal ku jatuh sakit. Lalu merembet ke perihal jauhnya keberadaan dirinya dariku sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah.

Ibu durhaka....benarkah demikian?
Itu istilah ciptaan Mama sendiri..

untuk dirinya, seorang ibu
yang rela meninggalkan pekerjaannya demi tidur di sampingku yang diopname di rumah sakit,
untuk dirinya, seorang ibu
yang sempat dengan lantang berkata bahwa diriku lebih penting daripada perintah seorang presiden,
untuk dirinya, seorang ibu
yang tak pernah bosan menanyakan makanan yang masuk ke tubuhku setiap harinya dan tak pernah lelah menguliahiku tentang pola hidup sehat,
untuk dirinya, seorang ibu
yang nekat menyetir seorang diri selama 5 jam hanya untuk tujuan menikmati santap siang bersamaku yang tidak tinggal sekota dengannya,
untuk dirinya, seorang ibu
yang seringkali menangis tersiksa atas berbagai jenis kesulitan yang kualami,
untuk dirinya, seorang ibu
yang pikirannya selalu dipenuhi oleh diriku kala ia tidak ada di sampingku,
untuk dirinya, seorang ibu
yang pernah mempertaruhkan nyawanya demi kehadiranku di dunia ini.

Jadi...ibu durhaka?
Hmmppfhh...Mama, Mama. Ada-ada saja.
Haaa. Betul juga. Ini mengingatkanku tentang satu hal yang belum kusebut tentang Mama : beliau sering hiperbolis...

Nah, itulah mamaku.
Sebetulnya masih ada berjuta kisah lain tentangnya, yang mungkin dapat lebih baik menggambarkan betapa berarti sosoknya bagiku.
Tapi...ya, kurasa akulah yang durhaka karena saat ini tak banyak yang teringat olehku...

Mama, seorang ibu yang tiada duanya bagiku dan sosoknya tak akan dapat tergantikan oleh siapapun di dunia ini. Atas segala kelebihan dan kekurangannya, ia adalah sebaik-baiknya ibu bagiku. Atas segala ketidaksempurnaannya, ia sempurna sebagai ibuku.

Karena arus cintanya yang tak pernah melemah, karena gelombang kasihnya yang tak pernah putus, aku tumbuh. Tumbuh dengan hati yang penuh kasih, dengan energi yang tak pernah surut demi cinta. Oleh Mama, aku dikenalkan dengan cinta. Dari Mama, aku belajar mencinta.

Bahkan sosoknya yang perfeksionis, keras dalam mendidik, bukannya membawa keburukan bagi diriku. Justru itulah, yang menempaku menjadi seorang yang malu mengenal kata takut atau menyerah. Berkat Mama, aku siap menaklukan dunia.

Mama...
atas seluruh keringat yang dihasilkan karena diriku
atas seluruh air mata yang tumpah untuk diriku
atas seluruh darah yang dikeluarkan demi diriku
kutahu, takkan pernah mampu semua itu terbayar kembali olehku.

Mama...
Entah apa yang dapat kulakukan untuk (setidaknya) mengurangi segala kesusahanmu karena diriku selama ini.
Maka hanyalah DOA, yang kuyakin kan sampai padamu.
Sebuah doa
pada Yang Maha Pembuat Perhitungan, Yang Maha Pengasih dan Penyayang
agar berkah dan rahmatNYA senantiasa turun bagimu, wahai mama
agar pintu ampunanNYA senantiasa terbuka lebar bagimu, wahai mama
agar cinta dan kasihsayangNYA senantiasa tercurah atasmu
sebagaimana curahan cinta dan kasihsayangmu atasku yang tak pernah putus, wahai mama..

Mama...
walau mungkin tak sebanding denganmu,
takkan dapat menandingimu,
biarkanlah aku mengatakannya lagi, dan lagi,

aku mencintaimu.

- h e i D Y -

Dan selamat HARI IBU bagi semua bunda yang ada di dunia ini.
Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi jalinan kasihsayang antaramu dan putera-puterimu, wahai ibunda..

Tidak ada komentar: