Jumat, 16 November 2007

to prepare the BIGgest day in my life...

Kabar seputar kehidupan saya akhir-akhir ini tidak lepas dari sebuah peristiwa sangat bersejarah, terbesar dalam hidup saya sampai saat ini, yaitu MENIKAH.

Kenapa? Karena ternyata untuk mengurus SATU HARI itu saja, waktu dan tenaga saya sangat terkuras.

Emang sedih deh kalau calon pengantin harus terjun memikirkan macam-macam. Udah pun mau nikah, yang harusnya sibuk bertapa, kalo bisa malah semedi ke gunung deh, malah mesti ngangkat telpon berpuluh kali dlm sehari.

Mending kalau sambil riang gembira. Susah sih, kalau lagi sensitif.
Kalau lawan bicara agak lemot dikit, abis deh saya telan hidup-hidup!

Tidak ada satu pun urusan dalam rangka penyelenggaraan prnikahan itu yang tidak saya tahu. Undangan, perias&pemandu adatm konsumsi, dekorasi, dokumentasi, souvenir, transportasi, listrik.....semuanya, tidak ada celah dimana saya bisa curi-curi tutup mata sekaliiiii saja....ampuuun.

Didn't I enjoy all of that? Hmm. Gampang-gampang susah juga saya menjawabnya.

Rasa enjoy, excited tentunya ada. Saya kan bukan nikah paksa.
The man I was going to marry is the man I love..soo, jelas bahagia dong, menyongsong kebersamaan itu!

Tapi menikah kan tidak cuma satu hari,
tidak cuma saat ijab kabul dinyatakan,
tidak cuma saat sanak saudara, kerabat dan kenalan berdatangan dari segala penjuru!
Menikah, dalam niat sebagian besar orang tentunya, tentu diingini sebagai yang pertama dan yang terakhir! Sejak janji dinyatakan di hadapanNya, hari-hari dalam kehidupan baru yang penuh perjuangan akan dimulai.

Maka, dalam masa-masa menjelang hari tersebut, perasaan seorang anak manusia, apalagi seorang Heidy yg kelabilannya sangat tinggi, jelas perlu lebih diwaspadai.
Saya mau nikah.....masa gadis saya sebentar lagi akan berakhir.....

Dalam masa itu, tidak wajarkah klo saya jadi lebih sensitif? Nyiapin sebuah acara besar, dengan menyatukan keinginan berbagai pihak, jelas bukan perkara gampang. Tapi rasanya tidak sesulit itu, sepusing itu, jika bukan saya yang sedang akan menikah! Itulah kenapa pada masa-masa tersebut, sering didapati seorang Heidy : nangis berdarah-darah.

Demi menjaga kesehatan jiwa dan raga, salah satu langkah yg saya ambil adalah mengurangi aktifitas lainnya.

Jadwal kerja saya yg tadinya mengajar penuh 6 hari seminggu, berubah jadi tinggal 2 hari seminggu! Setelah sebuah kerjaan paruh waktu saya selesai, praktis ya kerja saya cuma 2 hari mengajar itu saja. Tapi selebihnya, tetap tidak bisa dibilang santai juga sih. Saya menghabiskan hari-hari dengan, misalnya: bolak-balik ke tempat jahit kebaya, perias, nongkrongin perbaikan taman di rumah, daaaaannnn tentu masi banyak lagi lainnyaa.

Seperti yang Mama saya pikir, 2 hari kerja itu pun sebetulnya saya mati-matian memenuhinya. Mama keukeuh menyarankan saya minta libur total, tapi saya ngotot nolak. Gila looo. Wong dua hari itu justru adalah 'break' buat saya!
Ketemu anak-anak, sebandel apapun mereka, saya bahagia karena gimana pun itu seperti refreshing! Tanpa itu, bisa bisa malah saya tak jadi menikah.
Keburu muntah, stres dan eneg ngurusin sgeala persiapan pernikahan itu sndiri.

Yang membuat saya bingung, kenapa ya orang lain kayaknya mengurus semua itu dengan tampak tak bermasalah sama sekali? Apa karena urusan saya ini berhubungan dengan keluarga yg perfeksionis? Apa karna sayanya, yang terlalu menganggap semuanya tak begitu penting, jadi seperti tidak rela...(dlm hati : "DEMI SEHARI ITU DOANG"?)

Sampai kapan saya merasa begitu?
U may not believe this.
Kalo orang lain akhirnya rileks begitu seminggu sebelum, atau H-5, H-3dst..
Saya, pada hari ketika upacara adat telah dimulai. Kira-kira dua menit sebelum siraman, tepatnya.

Membaca firman Ilahi, ayat-ayat suci Al Qur'an,
juga menghaturkan pengakuan dosa sekaligus permohonan maaf kepada orangtua,
entah bagaimana memberikan efek yg luar biasa terhadap hati ini.
Anugerah ketenangan batin pun tiba-tiba seperti diturunkankan begitu saja atas saya.
Setelah itu...satu persatu langkah kami lewati, semuanya berjalan begitu cepat.
Dan mulus, setidaknya bagi saya, yang dalam kepala ini sudah tidak ada apapun selain DOA.

Dan, semua itu akhirnya berakhir juga.
Berkat support, sumbangsih dan segenap cinta dari orang-orang di sekitar saya dan keluarga, hari itu pun jadi sebuah hari yg rruarrr biasaaaa!
Sya yang tadinya ogah-ogahan dan tidak bisa melihat dimana pentingnya segala urusan pernikahan itu, pun berubah pikiran. It really was the most beautiful day in my life...!

Jadi, untuk semua yang akan menikah...pesanku : just enjoy!
Tapi mungkin umumnya di antara kalian sebnernya tidak perlu dipesan-kan begini ya.
Mungkin saja cuma sayalah orang yang bisa malas dan stres (padahal bahagia) menghadapi momen semacam itu..ck ck..


p.s
foto-foto ada di http://sepuluhseptember.multiply.com/

Tidak ada komentar: