Siapa yang tidak pernah sakit? Kenalan, dong. Ini salah satu impianku sejak kecil (berkenalan dengan orang yang tidak pernah sakit), mengingat masalah kesehatan memang telah lama akrab denganku. Saat pertama kali menjadi mahasiswa, tepatnya saat aku terpapar dengan lebih banyak bacaan dan sumber informasi lainnya, kusadari bahwa cita-citaku itu ternyata tidak mustahil. Ada Rasulullah, sosok teladan sepanjang masa bagi semua umat muslim, yang ternyata merupakan manusia tersehat di dunia.
Pucuk dicinta, ulam tiba, meskipun tibanya beberapa dasawarsa kemudian ... hahaha. Kira-kira peribahasa inilah yang tepat menggambarkan perasaanku saat buku "Jurus Sehat Rasulullah" terbit tahun 2020 lalu. Dari judulnya saja, dapat kutebak seperti apa isinya, yang memang sesuai dengan kebutuhan kami sekeluarga (mengingat kini aku sudah berperan menjadi ratu rumah tangga sehingga bukan kesehatan diri sendiri saja yang perlu diatur).
Penulis buku ini adalah dr. Zaidul Akbar, seorang dokter alumnus Undip, Semarang. Dalam biodata di akhir buku, dikatakan bahwa salah satu latar belakang penulisan buku ini adalah kegelisahannya terkait konsep pengobatan modern yang selalu memiliki efek samping. Ini mengingatkanku pada ibuku sendiri. Mama, yang juga seorang dokter, kini lebih gencar mendorong seluruh keluarganya untuk terus berikhtiar dalam mengusahakan kesehatan yang sifatnya menyeluruh. Berbeda dengan pendekatannya zaman dulu saat aku kecil, sahabatnya bukan lagi obat-obat pereda gejala sakit atau antibiotik. Bukan hanya jenis asupan makanan kami yang dianjurkan dan dikritisi Mama, melainkan juga 'asupan kalbu'.
Buku terbitan PT Sygma Media Inovasi ini diuraikan dalam beberapa bagian besar yang kemudian terdiri atas beberapa subbagian lagi. Setelah mengawali tulisannya dengan pemicu masalah kesehatan kita saat ini (yang rasanya memang masalah semua orang), dr. Zaidul memberikan suntikan motivasi berupa profil generasi terbaik pada zaman Rasulullah. Selanjutnya, dipaparkannya jurus-jurus Rasulullah demi mencapai kesehatan yang paripurna: lahir maupun batin.
Karena itulah, membaca karya dr. Zaidul ini sebenarnya bukan pengalaman yang luar biasa bagiku. Tidak banyak ilmu yang benar-benar baru kutahu karena kebanyakan sudah 'dikhatamkan' oleh Mama. Namun, bukankah mengerti dan mahir adalah cerita yang berbeda? Walaupun teorinya sudah kupahami, praktiknya belum kulaksanakan secara konsisten. Lupanya masih lebih banyak daripada ingatnya. Lalai masih lebih sering daripada tertib. Mungkin karena itu, aku masih membutuhkan buku ini.
Buku "Jurus Sehat Rasulullah" juga mengingatkanku lagi pada berbagai contekan yang pernah kuintip untuk urusan kesehatan. Mulai dari probiotik, aromaterapi, hingga teori warna dan bentuk dalam pengobatan diulas di sini. Kurasa seluruh gambaran besar teori kesehatan holistik telah tercakup dalam buku dengan tata letak yang ciamik ini. Meskipun demikian, jangan berharap buku bersampul keras yang 'hanya' setebal 315 halaman ini sudah lengkap memuat beragam resep makanan atau minuman yang menyehatkan.
Rupanya, sang penulis memang sudah menyiapkan topik itu secara terpisah sebanyak 524 halaman (!!) dalam "Buku Resep Sehat JSR" yang akan terbit bulan depan. Di sela-sela kebutuhan lain, sepertinya harus kusiapkan anggaran khusus demi mengoleksi buku itu juga. Ada yang mau ikut pesan? Bareng, yuk (tinggalkan komentar jika tertarik, ya)!
Buku "Resep Sehat JSR" yang akan terbit bulan depan |
Salam,
-H e i D Y-
3 komentar:
Wah menarik kayaknya bukunya ya teh 😍 Apalagi yg nulis langsng seorang dokter.
Aku setuju kalau sehat ga melulu vitamin, obat2an dan antibiotik. Harus dimulai dari gaya hidup ya. Dr pola makan sampe olah raga. Apalagi dimasa pandemi gini, kita hrs ekstra bgd menjaga kesehatan n sistem imun 😆
wah, punten, Teh ... komentarnya kelewat, baru kebaca. Iyaa .. untuk sehat kudu diusahakan 'tobat' secara menyeluruh sih menurutku, hehe. Sehat-sehat terus ya Teh Thessa sekeluarga.
Posting Komentar