Kamis, 31 Maret 2005

tentang MENANGIS : sebuah keJUJURan HATI

Saya bukan orang yang tidak bisa atau susah menangis.
Saya adalah seorang yang gampaaaaaaaaaaaaaaaang sekali nangis.

Satu waktu, seorang teman bercerita bahwa terakhir kali ia menangis adalah saat duduk di bangku SD, yang berarti saat itu ia sudah tidak menangis selama 14 tahun. Whooaaw!!
Kagum, jelas. Salut. Soalnya, kalau ditanya sesering apa saya menangis, jawabannya akan sangat berbeda. Frekuensi seorang Heidy menangis kira-kira dua hari sekali :D

Tapi, tidak berarti sejak dulu saya berbahagia dengan itu, lho.
Memang, saya bisa menangis saat sedih, atau bahkan saat marah.
Tapi saya selalu benciiiiiiiiiiiiiiiii sekali pada diri sendiri setiap kali menangis.
Selalu kesal, kenapa bisa secengeng itu dan buntut-buntutnya menuduh kelenjar air mata yg kelainan.

Well, mungkin ini tak lain tak bukan karena :
1. Anggapan orang banyak bahwa jika seseorang menangis, berarti ia perlu DIKASIHANI. Saya orang yang menginginkan pengakuan.
2. Anggapan orang banyak bahwa jika seseorang menangis berarti ia TAKUT. Saya orang yang menghormati keberanian.
3. Anggapan orang banyak bahwa jika seseorang menangis berarti ia MENYERAH. Saya orang yang mencintai perjuangan.
4. Anggapan orang banyak bahwa menangis adalah senjata perempuan dalam MENARIK PERHATIAN lawan jenis. Saya perempuan yang melihat ada banyak jurus menarik perhatian lelaki tanpa menggunakan air mata.

Jadi, kalau ada orang yang masalahnya terselesaikan saat (akhirnya) dia menangis, saya kebalikannya, malah jadi semakin kesal.
Apalagi kalo awalnya lagi marah-marah.
Masa ujug-ujug air mata keluar waktu lagi teriak-teriak marah? Nggak lucu banget!

Dan tentu saja, kalau ketahuan orang (nangis di depan orang lain atau ada orang yg liat saya menangis). Wih. Rasanya ingin menenggelamkan diri ke perut bumi saat itu juga (masalahnya, saya lumayan sering kepergok!! Jadi, harus berapa kalikah saya tenggelam??)

Sampai pada satu waktu, menyadari:
Gw bisa memanipulasi pikiran, tp nggak bisa memanipulasi hati/perasaan gw.
Itulah jawaban dr 'kelenjar air mata yg berlebihan' itu.
Tangisan itu adalah perasaan gw yg sebenarnya, tp gw gak pernah mau mengakuinya.
Gw bisa memutarbalikkan fakta, bisa nipu smua orang n bahkan gw sendiri, tp air mata gw nggak mau kompromi....hahaha.


Dan saya sadar, ternyata saya capek melakukan smua itu.

Lalu, saat saya menyadarinya, saat itu...
saya menangis untuk ke ribuan kalinya dalam hidup saya,
saya menangis untuk yg ke puluhan kalinya dalam bulan itu,
saya menangis untuk yg ke belasan kalinya dalam minggu itu,
tapi untuk PERTAMA KALInya saya menangis dengan IKHLAS
(well, tentu setelah dikurangi masa bayi dan balita, ya!)

Dan yang saya sadari kemudian, setelah bisa menangis dengan iklas...
saya menangis saat saya meRASAkan,
saya menangis saat ada CINTA,
saya menangis tanpa meMIKIRkan kapan perlu menangis dan kapan tidak perlu menangis,

dan..
oh, tak peduli apa anggapan orang banyak,
saya menangis karena saya INGIN menangis!!!!!


untuk HIDUP dengan JUJUR....
- H e i D Y -

Rabu, 30 Maret 2005

Mencatat Sebuah Rasa

Hari ini, sekitar Magrib, saya menangis (lagi p). Dan sampai sekarang, jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, saya belum tau pastinya kenapa saya tadi saya menangis. Yang saya tau hanyalah bahwa saya meRASA ingin menangis.

Menit-menit sebelum menangis itu, saya lebih banyak diam. Saya meRASA gelisah. Saya meRASA tidak ingin tersenyum. Saya meRASA tidak ingin pulang ke rumah, padahal saat itu saya sudah dalam arah perjalanan pulang, walaupun belum keluar dari kampus. Tiba-tiba kaki saya melangkah ke arah yang berlawanan dan saya meRASA ingin mampir ke tempat yang sudah lama tidak saya kunjungi.

Saat sampai di tempat tersebut, saya melihat seorang sahabat lama saya. Saya PIKIR saya sedang jenuh dan ingin suasana baru. Jadi saya PIKIR saya perlu tersenyum karena sudah mendapatkan yang saya inginkan (tiba di tempat yg sudah lama tdk saya kunjungi dan bertemu dengan teman lama itu). Saya tersenyum, dan pada saat yang sama saya meRASA sakit tertusuk di dada. Saya PIKIR saya seharusnya senang karena sedang bersama teman lama, jadi saya mengabaikan RASA sakit itu dan tertawa lebar. RASA sakit tertusuk sudah hilang, tapi digantikan dengan RASA sakit terhantam. Lalu saya meRASA sesak napas. Saya meRASA tenggorokan juga ikut sakit. Lalu napas teRASA semakin sesak. BENAR-BENAR SESAK. Dada semakin sakit.

Lalu saya melihat seorang teman lainnya, sedang berjalan tak jauh dari tempat saya duduk. Saya berteriak memanggilnya. Saya buru-buru berdiri dan berjalan menghampirinya. Saat melihat matanya, tiba-tiba saya berkata, “I need a hug,”. Teman saya itu mengabulkan permintaan saya, dan kami pun berpelukan.

Selesai berpelukan, saya meRASA tau pasti apa yang sedang betul-betul sangat saya inginkan saat itu. MAU APA? SAYA MAU MENANGIS!!

Lalu saya pun menangis. Sekitar dua menit lamanya (saat menangis saya menunduk dan pura-pura sibuk membetulkan jam tangan, agar tidak menarik perhatian orang-orang lain di sekitar saya).

Selesai menangis, saya mengobrol dengan teman saya itu. Waktu dia menanyakan alasan saya menangis, saya meRASA bingung. Saya tidak tahu alasan saya menangis.

Lalu saya TERTAWA. Sakit di dada hilang tak berbekas, dan nafas panjang bebas terhirup.

Sekarang sudah tengah malam.
Kenapa magrib tadi saya menangis?
Saya tidak tahu.


BukanSuatuPemikiran,HanyaInginMengenangSebuahRasa
- h e i D Y -

Selasa, 29 Maret 2005

rinduku padaMU

Apa itu hati
Apa itu rasa

Aku lupa
Kapan terakhir kalinya
Ku mengingat kata hati
Dan ku akui sang rasa

Otak, logika
Itu yang kukenal dengan baik
Itu yang kuakui
Itu yang selalu kupuja

Bersama otak dan logika
Itu sudah cukup
Benar, kan?

Dengan otak dan logika
Tak mungkin ku salah melangkah
Benar, kan?

Benar, kan, Tuhan?
Tuhan?

Karna KAUlah yang maha benar,
Karna KAUlah yang maha tahu,
Kumohon jawab aku
Kumohon katakan padaku

Apa, KAU kata apa?
Tuhan, apa jawabMU?
Aku tak bisa mendengarmu..
Aku tak bisa melihatmu..

TUHAN!!!!
KAU dimana?!
Kenapa aku tak bisa mendengarmu?
Kenapa aku tak bisa melihatmu?

KAU ada dimana, TUHAN?
Kenapa aku tak bisa mendengarMU dalam kepalaku?
Kenapa aku tak bisa melihatMU dalam pikiranku?
Kenapa aku tak bisa menemukanMU?!?!?!


Bandung, Desember 2004
- h e i D Y -