Rabu, 23 Juli 2008

manajemen emosi

bWuaAH.
kembali ngeliat judulnyaa, takut menipu pembaca nih..

Bukan, teman, saya bukan seorang psikolog atau ulama yang mau memberi kuliah tentang manajemen emosi.

Say hanya...
seorang yang sejak dua puluh lima tahun yang lalu,
masih saja amat sangat BODOH luar biasa dalam hal : manajemen emosi.


kata Mama :
"buat apa marah? rugi amat, ngabisin energi aja."
"semua itu Allah yang ngatur, nggak usah repot mikirin,"
"belajar ikhlas, yang sabar!"
"dzikir aja, jangan berenti."
"istighfhar, istighfar Dy..!"

Saya bukan orang yang antipati terhadap semua masukan itu.
SETUJU, semua itu memang betul adanya, amat sangat baik mulia sekali (contoh Bahasa Indonesia yang tidak baik, tidak dianjurkan untuk ditiru :D) jika dilakukan.

The one and only problem : I JUST CAN'T DO IT ANYTIME, ANYWHERE.

Dari sepuluh kasus, mungkin cuma satu kali saya bisa menerapkan semua nasehat mulia itu. Selebihnya?

1. Ngomel bekepanjangan sama supir angkot, gara-gara ngetem nggak kira-kira, nggak ngerti bahwa TIME IS GOLD, dan dia malah buang-buang bensin. Mana ujyan, becyek, terjebak tak ada pilihan lain.
2. Ngebut, mengejar mobil lain sambil membunyikan klakson berkepanjangan karena pengemudinya menyalip di U TURN dan waktu pertamakali diklakson (sekali) dia malah buka jendela dan ngacungin jari tengah. --> Berarti kan sekali klakson tak cukup buat dia, saya kasih bonus deh!
3. Bertengkar sama polisi yang dengan semena-mena menutup SEMUA U-TURN di sekitar jalan Dago di Bandung tanpa ngasih jalan alternatif, si suatu hari yang SEHARUSNYA INDAH (H - beberapa minggu dari my wedding day!)
4. Marah-marah sama kasir & customer service Makro Pasar Rebo yang tidak memberi tahu (PADAHAL UDAH SAYA TANYA) adanya charge dalam pemakaian kartu debit Bank Mandiri.
5. Marah-marah sama teller & call center officer BCA yang tidak memberi tahu & memberikan info yang salah tentang charge transfer antar rekening. Setelah itu saya pun mengamuk pada diri sendiri yang sedemikian tidak pintar/berwawasannya.
6. Gondok, kesel, dan mengutuk hubungan kekanakan antara 2 bank besar di Indonesia : MANDIRI dan BCA, yang mana di masing-masing ATMnya tak tercantum tujuan dari bank lainnya. Zaman modern ini, bikin susah sejuta umat. Plis deh. Kalo tidak terpaksa (gaji gue stuck di situ, semua toko nerima bayar debit dari mereka), takkan deh saya jadi nasabah mereka.
7. Mencaci maki, ngutukin orang-orang bermobil yang tidak beradab dan tidak peka, ngebut di atas jalan yang bolong-bolong dan hujan besar. Siapa juga yang minta mereka memandikan para pejalan kaki?? Mending kalau mandi susu.
8. dan banyak lagi yang AKHIRNYA sudah saya lupakan saking sudah lamanya berlalu (dan mungkin karena sudah lebaran?? Alhamdulillah!). Tapi yang jelas, sebelumnya emosi saya berkali lipat lebih parah.

tapi ada satu lagi.
yang ke-9,
yang amat sangat FRESH karna baru kejadian tadi pagi,
yang amat sangat SEPELE SEBETULNYA, tapi entah kenapa tetep nggak termaafkan...
yang karena itulah membuat saya amat shock dan merasa: SAYA BISA BEGINI HANYA GARA-GARA ITU??? PARAH. I REALLY NEED HELP!!!!!!!!!!!


Jadi, saya naik kopaja.
Seorang pengamen berpeci dan ber-rebana ikut naik trus mulai nyanyi.
Waktu kopaja hampir sampai depan kantor, saya berdiri jalan ke arah tiang dekat pintu. Tidak ada pegangan di atap, harapan satu-satunya untuk berpegangan adalah si tiang, yang mana si pengamen bertengger di sampingnya.
Tapi saya tetep butuh pegangan, karena si kopaja tetap melaju padahal kantor saya sudah hampir di depan mata.
Maka saya pegangan pada secuil bagian tiang itu.
Lima detik kemudian, tulang kering tangan saya DIPUKUL dengan benda tumpul.
Gue SHOCK. teryata si pengamen memukul saya dengan rebananya.
SETELAH ITU, baru dia bilang, "MINGGIR".
Gara-gara itu saya kehilangan keseimbangan, menyenggol dia, yang kemungkinan gara-gara itu dia jadi MENENDANG kaki saya .

Kalau bukan karna saya sudah telat dan kalau saja si kopaja belum sanpai depan kantor, mungkin sekarang saya sudah masuk berita pinggir koran lokal : seorang pekerja kantoran berkelahi sama pengamen di kopaja.

Tapi saya merasa nyesek.
Kepala yang sudah pusing sejak pagi gara-gara PMS makin parah.
Tidak ada darah yang terkucur gara-gara perkelahian, tapi saya bisa merasa darah mengalir kencang dari bawah ke atas (kepala).
Jantung saya seperti lagi dibawa lari sprint.
Sampai akhirnya, menangis berdarah-darah.

Dan satu pembenaran yang sering terpakai di kala saya tidak berhasil menerapkan semua ajaran Mama tersayang:
I'm having my PMS, a bad headache & stomacache, bad feelings as a response to a far away husband, so this moment is WHEN i can't do that ("that" refers to whatever my mom taught me). Soooooooooooo typical reason from a looser.

Jadi. Walaupun at the end saya tidak melakukan apa-apa, saya tetap marah. Tetap emosi. Tetap tidak ikhlas. Tetap RUGI, SERUGI-RUGINYA (sampai takut cerita ke Mama).

dan tetap, a victim. a looser.

and I HATE THAT.


I.
really.
want.
to.

GROW UP.

(then a part of myself said, "Then just do it.")

Jumat, 11 Juli 2008

LAPAR...

Dulu sebetulnya saya pernah dikenal sebagai orang yang tidak bisa merasa lapar.
Yang saya tahu dulu hanyalah rasa sakit maag gara-gara telat makan.
Waktu itu saya belum tahu kalau biasanya orang makan karena lapar.
Karna di kasus saya, makan karena harus, supaya tidak sakit, dan bisa hidup.

Fakta-fakta sejarah menyebutkan, seorang Heidy emang di masa kecilnya tidak pernah doyan makan. Kalau bulan puasa tiba, dia malah bersuka cita karna berati satu tugasnya berkurang: jadi tidak usah makan siang.

Entah sejak kapan, 'keunikan' tersebut lenyap dengan sendirinya.
Suatu saat di masa kuliah, saya bahkan pernah bikin ortu takjub dengan mengajak mereka makan steak. Mana ada dulu cerita anak mereka ini doyan daging?? Nelennya aja setengah matiii!!

Dan akhirnya, lepas kuliah saya lebih mirip lagi dengan orang-orang normal lainnya : menanti-nanti saat makan, dan.... TAHU PERSIS GIMANA RASANYA LAPAR.

Seperti sekarang ini, yang mana saya sedang tak bisa keluar untuk cari makan siang karena ada deadline kerjaan. Dan kehabisan jatah catering. Dan energi sudah diperas habis-habisan buat mikir dan mengurus banyak hal. Dan perut sudah berteriak-teriak minta diisi. Dan kepala udah makin panas, bawaannya pengen marah-marah!

Astaghfirullahalldzim. Saya sudah jadi begini padahal baru telat makan beberapa jam saja! Gimana ceritanya orang-orang susah yang beneran tidak mampu beli makanan itu ya? Gimana pula dengan orang-orang kelaparan di negara-negara miskin itu yaa?



p.s
dan ALHAMDULILLAH, akhirnya makanan saya datang jugaaaaa, dibawain oleh teman yang makan di luar dan saya titipin. Thank you Ratiiiii, love you so much!