Jumat, 31 Maret 2006

sebuah pertanyaan untuk hati

“Apa yang kau lakukan KEPADA seseorang yang menyakiti, melukai seseorang yang kau cintai?”

Pertanyaan di atas tersebut baru-baru ini menghampiri benakku.

Aku mencoba menjawabnya ketika melihat seorang sahabat yang kucintai teraniaya dan terluka parah.

Membenci, memusuhi, juga mungkin mencari cara untuk balas menyakiti, melukai seseorang tersebut.
Itu hal yang terlintas dalam pikiranku, hal yang tidak tahan untuk tidak terpikir olehku, walaupun aku tahu itu menentang ajaran moral mana pun.
Tapi untuk alasan apa aku memilih memaafkan?
Untuk tujuan apa aku memilih tidak membenci atau memusuhi?
Aku benar-benar tidak mengerti.

Lalu aku berkesempatan bertemu dengannya.
Di persimpangan jalan antara menemani sahabatku yang terluka atau menghampirinya, entah kenapa kakiku malah melangkah ke arahnya. Entah kenapa diriku menolak untuk meninggalkannya sendirian.

Otakku saat itu, entah kenapa terkunci rapat.
Tidak ada penjelasan apapun.
Tak ada satu pun pikiran yang terlintas dan terkirim untuk kuungkapkan dengan kata-kata, sehingga aku pun diam seribu bahasa. Satu-satunya kontak yang kulakukan dengannya hanyalah menyentuh dan mengelus tangannya.

Setelah beberapa menit lamanya, sebuah pertanyaan datang darinya.
“Kenapa kau tidak menjahatiku, sementara aku telah jahat pada sahabatmu?”

Dan walau tanpa terucap lidah, dalam pikiranku langsung terlintas:
GUE JUGA NGGAK TAU!! Gue jelas bukan nabi atau malaikat. Gue pikir seharusnya gue membenci elo! Gue juga udah membayangkan akan berlaku jahat pada elo, sesuai dengan prinsip keadilan! Tapi entah kenapa sekarang gue melakukan ini! No reason at all!

Dan tiba-tiba aku mendengar diriku berbicara dengannya,
“Kau menyakiti dia, maka aku menyakitimu.
Itu membuat seseorang yang menyayangimu menyakitiku.
Karenanya, seseorang yang menyayangiku menyakiti seorang yang menyayangimu itu.
Lalu seseorang yang menyayangi seseorang yang menyayangimu itu menyakiti seseorang yang menyayangiku itu.
Kemudian seorang lain yang menyayangi seseorang yang menyayangiku itu menyakitinya.
Dan begitu seterusnya, jika semua orang berlaku seperti itu, apa jadinya dunia ini?”

SUMPAH, aku sama sekali tidak memiliki rencana, ide, ancang-ancang, atau apalah namanya untuk mengatakan semua itu padanya.
Aku bahkan kaget, merinding dan hampir menangis sendiri mendengar diriku berkata tanpa sadar seperti itu.
I really have no idea how I could say those words!!
Jawaban itu bukan datang dari pemikiranku.
Kata-kata itu sama sekali bukan buah pikirku.

Sebuah pertanyaan biasanya memerlukan energi berpikir untuk menjawabnya. Namun aku baru saja menemukan sebuah yang samasekali tak memerlukannya.

For some questions, listen to your heart is the only thing you have to do. Cause those questions are meant for your heart, not your mind.


tulis Heidy, di akhir sebuah hari yang begitu indah.
Segala puji bagi ALLAH SWT Sang Pecipta Semesta.

Minggu, 26 Maret 2006

kekecewaan dan harapan

sebuah keKECEWAan ada hanya karena ada sebuah pengHARAPAN

namun yang kupercaya..
sedahsyat apapun sebuah KEKECEWAAN,
tak pernah pantas untuk membunuh sebuah HARAPAN

karena

adanya HARAPAN
berarti suatu ketidaksempurnaan
berarti suatu ketidaklengkapan

dan suatu ALASAN UNTUK HIDUP,
DYING TO ACCOMPLISH IT


oh, what a beautiful life...

Selasa, 21 Maret 2006

an incomplete life

Because life is never been completed, I have a FUTURE.
It gives me reason to life, gives me something to fight for.

Menulis Kembali

Gila. hampir setahun gw meninggalkan dunia tulis menulis.
Bukan waktu yang sebentar, dan samasekali bukan prestasi yang membanggakan. Hiks.

Sebenernya udah lama gue selese TA dan menyandang gelar sarjana cap gajah, udah lama juga hidup gue baik-baik aja tanpa masalah yg berarti, alhamdulillah, tapi….

tapitapitapitapi….

Wuahh. Saking buanyaknya alasan (yg ditujukan ke DIRI GUE SENDIRI), gue gatau lagi.

Dan rasanya semua alasan itu udah ga penting lagi sekarang.

Yg penting sekarang:

Gw kangen nulis.
Gue pengen nulis lagi.
Gue kembali menulis sekarang.