Senin, 03 September 2012

IPA, IPB, IPS dan Humaniora

Saya bayar utang dulu, deh. Ini janji saya yang ingin bercerita sekilas tentang perbedaan antara beberapa kelompok besar ilmu pengetahuan di dunia ini. Tentu saja ini bukan pemikiran saya sendiri. Wawasan ini saya peroleh dari  mata kuliah Teori Kebudayaan yang saya ambil di semester pertama kemarin. Salah satu dosen pengampu yang menyampaikannya pada saya adalah prof. Benny H. Hoed dan salah satu sumber pustaka yang saya gunakan adalah teks pengantar kuliah Teori Kebudayaan S2 oleh E.K.M. Masinambow.

Baiklah. Saya mulai, ya.

Ada perbedaan yang jelas antara Ilmu Pengetahuan Alam  (IPA), Ilmu Pengetahuan Budaya (IPB), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Humaniora.

Ilmu pengetahuan alam menemukan hukum-hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam dan bersifat erklaren (menerangkan). Hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu pengetahuan alam tidak pernah berubah (tetap). Hukum aksi-reaksi Newton yang terkenal itu, misalnya. Newton berhasil menemukan kaidah yang merupakan hukum alam. Sekali lagi, menemukan. Bukan menciptakan. Hukum alam adalah hukum yang tidak dapat diubah-ubah oleh manusia.  

Sementara itu, dalam ilmu pengetahuan budaya, manusia berlaku sebagai “objek” (etik jika dilihat dari luar) dan “subjek” (emik, yang berarti melihat dari dalam) sekaligus sehingga ilmu ini bersifat verstehen (memahami), yaitu objek memandang dunia. 

Jika IPA menggunakan cara pendekatan "nomotetis" atau "ilmiah" dalam arti yang sempit, IPB bersifat ideografis (idealistik) dan materialistik atau sering tidak memakai empiri/realita (data yang diambil di kenyataan). Contohnya adalah suatu karya sastra yang merupakan pencerminan dari pemikiran sang pengarang. Jadi, fokus ilmu pengetahuan budaya adalah gagasan atau makna yang biasanya tertuang dalam wujud teks atau artefak-artefak. 

Tidak seperti ilmu pengetahuan budaya yang jelas terlihat berada pada kutub yang berlawanan dengan ilmu pengetahuan alam, terdapat sedikit kekaburan batas antara bidang ilmu pengetahuan budaya dan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan sosial berfokus pada kajian hubungan atau interaksi antar manusia atau antar lembaga. Nah, salah satu penyebab kekaburan batas antara IPB dan IPS adalah implikasi dari konsep "kebudayaan" pada IPB dan konsep "masyarakat" pada IPS. Kebudayaan adalah fenomena sosial yang berhubungan erat dengan perilaku masyarakat yang menghayatinya. Sebaliknya, perbandingan pola-pola atau konfigurasi perilaku satu masyarakat dengan masyarakat lain tidak dapat dipahami tanpa mengaitkannya dengan kebudayaan. 

Bagaimana dengan humaniora atau ilmu pengetahuan kemanusiaan? Humaniora berkaitan dengan pendidikan untuk mencapai tingkat peradaban tertentu, yaitu humanities (kemanusiaan) dan human sciences (ilmu tentang manusia). Hal ini sebenarnya mengikuti pandangan para filsuf Yunani dan Romawi yang menggagas bahwa humaniora berkaitan dengan pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan sebetulnya bertujuan agar seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya yang berbudi dan bijaksana secara sempurna. 

Dengan demikian, terlihat bahwa humaniora merupakan kelompok ilmu yang tercakup seluruhnya dalam ilmu pengetahuan budaya. Atau dengan kata lain, ia adalah anggota dari IPB. Sementara itu, ilmu pengetahuan budaya merupakan himpunan ilmu yang beririsan dengan ilmu pengetahuan sosial (sehingga sebagian anggotanya merupakan warga IPB dan IPS sekaligus). Kemudian, IPA...eh, sudah jelas ya tadi di atas. Ia berada pada kutub yang sama sekali berlawanan!


dari sarjana IPA yang sedang menjadi mahasiswa humaniora,
- H e i D Y -






Tidak ada komentar: